Berbicara penyakit mata, ada julukan "si pencuri penglihatan" untuk penyakit glaukoma. Pasalnya penyakit ini seringkali tidak menimbulkan gejala sampai pada fase terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit sekali). Glaukoma patut untuk diwaspadai karena hingga kini masih menjadi penyebab kebutaan nomor dua di dunia dan Indonesia setelah katarak.
Tentang Glaukoma
Dr. Donny V Istiantoro, SpM, Eye Surgeon Jakarta Eye Center, menuturkan bahwa glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina di belakang bola mata. Saraf optik tersebut menyambung jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memroses informasi penglihatan.
"Mengingat bahaya glaukoma yang awalnya tidak menimbulkan gejala, menyebabkan deteksi dini glaukoma ini sangat penting, sehingga perlu mengkonsultasikan ke dokter spesialis mata untuk mencegah penyakit ini ke fase lanjut," ujar Donny.
Gejala dan Faktor Risiko
Pada fase lanjut glaukoma, gejala yang mungkin timbul ialah hilangnya penglihatan sisi samping, sakit kepala, penglihatan kabur, dan melihat pelangi bila sumber cahaya terang seperti lampu.
Menurut Donny, siap saja dapat terkena glaukoma dari usia bayi hingga lansia, tapi yang terpenting ialah, jika mengetahui faktor-faktor risikonya, antara lain umur, dengan semakin bertambah usia, risiko glaukoma bertambah tinggi, tapi lebih banyak pada usia di atas 40 tahun.
Faktor kedua ialah riwayat keluarga yang terkena glaukoma, seperti orangtua dan saudara kandung. Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai risiko enam kali lebih besar untuk terkena glaukoma, dengan risiko terbesar ialah kakak-beradik kemudian hubungan orangtua dan anak.
Selanjutnya ialah faktor tekanan bola mata, yaitu tekanan bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena penyakit ini. Untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata atau dokter spesialis mata.
Faktor risiko lainnya adalah obat-obatan, bagi pemakai obat steroid secara rutin perlu berhati-hati. Maka apabila menggunakan obat ini dalam periode lama, sebaiknya juga memeriksakan ke dokter mata untuk melakukan pendeteksian glaukoma.
Riwayat trauma atau lebih awam disebut luka kecelakaan pada mata, memiliki penyakit diabetes, hipertensi, dan migren dapat menggiring terjadinya risiko glaukoma.
Untuk penanganan medis penyakit "pencuri penglihatan" ini dapat dilakukan mulai dengan pemberian obat tetes, obat minum, hingga prosedur pembedahan, laser atau kombinasi, yang semuanya ini bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata. (AJG)
Tentang Glaukoma
Dr. Donny V Istiantoro, SpM, Eye Surgeon Jakarta Eye Center, menuturkan bahwa glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina di belakang bola mata. Saraf optik tersebut menyambung jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memroses informasi penglihatan.
"Mengingat bahaya glaukoma yang awalnya tidak menimbulkan gejala, menyebabkan deteksi dini glaukoma ini sangat penting, sehingga perlu mengkonsultasikan ke dokter spesialis mata untuk mencegah penyakit ini ke fase lanjut," ujar Donny.
Gejala dan Faktor Risiko
Pada fase lanjut glaukoma, gejala yang mungkin timbul ialah hilangnya penglihatan sisi samping, sakit kepala, penglihatan kabur, dan melihat pelangi bila sumber cahaya terang seperti lampu.
Menurut Donny, siap saja dapat terkena glaukoma dari usia bayi hingga lansia, tapi yang terpenting ialah, jika mengetahui faktor-faktor risikonya, antara lain umur, dengan semakin bertambah usia, risiko glaukoma bertambah tinggi, tapi lebih banyak pada usia di atas 40 tahun.
Faktor kedua ialah riwayat keluarga yang terkena glaukoma, seperti orangtua dan saudara kandung. Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai risiko enam kali lebih besar untuk terkena glaukoma, dengan risiko terbesar ialah kakak-beradik kemudian hubungan orangtua dan anak.
Selanjutnya ialah faktor tekanan bola mata, yaitu tekanan bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena penyakit ini. Untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata atau dokter spesialis mata.
Faktor risiko lainnya adalah obat-obatan, bagi pemakai obat steroid secara rutin perlu berhati-hati. Maka apabila menggunakan obat ini dalam periode lama, sebaiknya juga memeriksakan ke dokter mata untuk melakukan pendeteksian glaukoma.
Riwayat trauma atau lebih awam disebut luka kecelakaan pada mata, memiliki penyakit diabetes, hipertensi, dan migren dapat menggiring terjadinya risiko glaukoma.
Untuk penanganan medis penyakit "pencuri penglihatan" ini dapat dilakukan mulai dengan pemberian obat tetes, obat minum, hingga prosedur pembedahan, laser atau kombinasi, yang semuanya ini bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata. (AJG)
