Kursi Roda

Rabu, 03 Agustus 2016

Menu Mentah Turunkan Gula Darah. Dikonsumsi 12 minggu, kadar gula darah turun 2 persen

Imbauan makan sayur dan buah tidak pernah bosan diucapkan para guru sejak sekolah dasar hingga lulus kuliah sekalipun. Teorinya selalu sama, buah dan sayur adalah makanan sehat yang dapat mencegah berbagai macam penyakit, dan teori ini tidak sejalan dengan  cepatnya penyebaran penyakit akibat gaya hidup , seperti diabetes melitus tipe 2.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian  Kesehatan 2007 menyebutkan, angka kejadian penderita diabetes tipe 2 mencapai 5,7 persen dari total jumlah seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 14,3 juta jiwa. Jumlah ini angka yang diperoleh  dari pasien diabetes yang melapor. Sedangkan yang tidak melapor bisa jadi lebih banyak.

Dokter spesialis gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tan Shot Yen, dalam disertasinya menyebutkan, salah satu perubahan gaya hidup yang menyebabkan meningkatnya angka diabetes adalah cara manusia mengonsumsi makanannya.

“Pergeseran pangan pokok dari bentuk bulir utuh menjadi rafinasi (diolah dengan cara dihaluskan) sebagai proses pengolahan pangan mutakhir menyebabkan gangguan metabolik antara lain diabetes melitus tipe 2,” demikian ditulis Tan Shot Yen dalam naskah disertasi yang dibacakan dalam sidang doktoralnya. Hal itu ia sampaikan di Auditorium Senat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Selasa, 4 Maret 2013.

Dokter Tan meyakini menurunnya asupan sayur dan buah serta kebiasaan memilih makanan olahan menjadi salah satu penyebab seseorang terkena diabetes. Hambatan dalam mengonsumsi sayur dan buah bukan hanya  karena kesadaran seseorang mengenai manfaatnya, tapi juga soal kebiasaan, rasa, porsi, dan cara pengolahannya.

“Kebanyakan orang mempunyai  hambatan dalam mengonsumsi sayur karena tidak tahu bagaimana mengolahnya bersama lauk untuk dapat dinikmati,” ujar Tan. Melalui disertasinya, Tan coba memperkenalkan beberapa menu olahan sayur kreatif dan posrsi pastinya yang bisa dicoba, serta manfaat yang langsung bisa dirasakan selama 12 minggu.


Salah satu manfatnya adalah perbaikan HbA1c (indikator kadar gula darah selama 3 bulan) pada orang-orang yang mencoba menu Tan. Kadar gula darah orang-orang yang memiliki diabetes tipe 2 ini turun sebanyak 2  persen. www.klinik-stroke-nusantara.com

Minggu, 12 Agustus 2012

Operasi dan Tulang

PENELITIAN baru mengungkapkan operasi penurunan berat badan pada kelompok remaja obesitas dapat berpengaruh buruk pada kekuatan tulang dan persendian. Kandungan mineral dalam tulang turun drastis karena ikut terbuang ketika operasi berlangsung.

"Dua tahun setelah operasi, kandungan mineral tulang pada remaja turun drastis 7,4%," kata dokter Anne-Marie Kaulfers, ketua penelitian dari Universitas South Alabama, AS.

Para ilmuwan menganalisis 60 remaja obesitas. "Hasilnya massa tulang turun dan itu dapat dilihat dari performa mereka ketika berkegiatan menggunakan kekuatan dan ketahanan tulang." tandas Kaulfers. (Health Day/NY/X-5)

Cara Sehat Kurangi Timbunan Lemak

SIAPA yang suka melihat tubuhnya ditimbuni lemak? Selain menurunkan penampilan, kelebihan lemak tersebut patut diawasi, jangan sampai merugikan kesehatan. Jika memungkinkan, sebaiknya Anda juga melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk membantu mengurangi timbunan lemak tersebut. Bukankah bentuk tubuh yang ideal dan seimbang merupakan dambaan Anda juga?

Salah satu cara untuk membantu mengurangi timbunan lemak ialah dengan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik. Cara ini akan bermanfaat jika dikuti dengan diet yang baik dan mengurangi asupan kalori. Menurut pakar kesehatan, pengurangan kalori dapat membantu seseorang menghilangkan 25 persen massa tubuh yang bukan lemak dan 75 persen lemak, sementara jika dikombinasikan dengan aktivitas fisik, penghilangan lemak dapat mencapai 98 persen.

Olahraga yang dapat dilakukan bisa beragam, tergantung usia dan kemampuan Anda. Namun, Anda disarankan agar intensitas aktivitas fisik itu berada antara 60 sampai 90 persen dari denyut jantung maksimum. Untuk menghitung denyut jantung maksimal, Anda dapat menggunakan rumus 220 (denyut per menit) dikurangi usia, selanjutkan dikalikan dengan tingkat intensitasnya. Misalnya denyut jantung maksimum seseorang wanita berusia 50 tahun ialah 220 - 50 = 170, maka sebaiknya aktivitas fisiknya 170 x 60 persen = 102.

Lakukan olahraga tersebut minimal tiga kali seminggu, empat atau lima kali seminggu akan lebih bermanfaat. Untuk mengetahui intensitas olahraga yang paling cocok, ada baiknya Anda konsultasikan kepada ahlinya. Hidup aktif dan menyediakan sekurangnya 30 menit setiap hari untuk "olahraga" seperti menaiki tangga atau berjalan kaki ketimbang naik lift, sebenarnya sudah sangat membantu.

Sikap yang positif, diet yang cukup dan sehat, olahraga, dan menghindari rokok serta minuman keras adalah cara untuk dapat hidup sehat. Kesemuanya bukanlah hal yang sukar dilakukan, hanya saja Anda mungkin membutuhkan motivasi dan dorongan semangat untuk itu.


Salah satu cara yang baik untuk memulai ialah dengan melakukannya bersama-sama. Anda dapat melakukannya dengan pasangan atau teman. Pilihlah olahraga yang sekurang-kurangnya masih bisa dinikmati sehingga Anda tidak merasa terbebani. Saling meningkatkan dan mendorong akan membuat motivasi Anda terbangun. Selain itu, memang tidak ada jalan pintas untuk hidup yang sehat. (ACA)

Apel Mengurangi Risiko Diabetes

HANYA dalam dongeng putri salju apel diperlihatkan berbahaya bagi kesehatan. Realitasnya apel justru sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Baru-baru ini peneliti Universitas Harvard menemukan apel dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2.

Tim yang dipimpin An Pan mengamati dan mewawancarai 12.600 partisipan penderita diabetes di Amerika Serikat. Tim Pan menemukan 23% partisipan yang gemar mengonsumsi apel setidaknya lima buah dalam seminggu mengalami pengurangan risiko diabetes jika dibandingkan dengan para partisipan yang tidak terbiasa mengonsumsi apel.

"Kami mendapat kan hasil yang konsisten dari tiga (kelompok studi) bahwa apel dan blueberry sangat bermanfaat  untuk diabetes tipe 2," kata Pan.

Selain itu, tim menemukan buah-buahan tersebut lebih baik dikonsumsi secara utuh jika dibandingkan dengan dikonversi terlebih dahulu menjadi minuman jus. (Zee News?DK/X-4)

Jumat, 10 Agustus 2012

Obesitas Bisa Menular

ORANG yang memiliki banyak teman berbadan gemuk atau menderita obesitas berisiko untuk ikut menjadi gemuk pula. Demikian hasil studi terbaru yang dilakukan sejumlah peneliti di Universitas Arizona, Amerika Serikat, belum lama ini.

"Kita pasti bertanya bagaimana obesitas bisa menyebar di antara teman-teman dan anggota keluarga. Hal itu karena kita mempelajari mengenai ukuran tubuh yang dianggap normal dari teman-teman dan anggota keluarga kita. Karena itulah obesitas bisa menular," kata Daniel Hruschka yang memimpin studi tersebut.

Menurut Hruschka, secara langsung atau tidak langsung, para penderita obesitas  membujuk sahabat-sahabat mereka yang berbadan lebih kurus untuk makan lebih banyak dan berolahraga lebih sedikit sehingga berat badan mereka seukuran. (Telegraph/*/X-5)

Kamis, 09 Agustus 2012

Susu dan Obesitas

STUDI terhadap 7.000 anak di Inggris menemukan bahwa balita yang minum banyak susu formula cenderung mengalami obesitas saat usianya mencapai lima tahun. Hal itu karena balita yang terbiasa mengonsumsi susu berkalori tinggi dalam jumlah besar cenderung menyukai makanan yang menggemukan saat dia besar.

"Sekitar 30% balita yang masih minum dari botol saat telah berusia 24 bulan memiliki kecenderungan menjadi gemuk saat berusia 5,5 tahun. Dalam penelitian itu, kami juga memperhitungkan berat badan ibu, berat badan anak ketika lahir, dan faktor-faktor lainnya, "kata doketer Robert Whitaker dari Temple University.

Sudah lumrah bayi-bayi yang diberi susu formula lebih cepat gemuk daripada mereka yang disusui secara alami. Bahkan, hingga kini masih ada orang tua terus memberikan susu sapi botolan kepada balita pada siang hari atau menjelang tidur. Padahal lazimnya sejak usia enam bulan, balita sudah mulai berpindah ke makanan padat. (Telegraph/*/X-5) 

Senin, 06 Agustus 2012

Kopi dan Penyakit


ANGGAPAN bahwa kopi adalah biang keladi berbagai penyakit dibantah studi German Institute of Human Nutrition Potsdam Rehbruecke. Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition itu mengungkapkan, mengonsumsi rutin kopi dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2, kanker, jantung, dan obesitas.

Penelitian itu dilakukan terhadap 42 ribu orang dewasa tanpa penyakit serius selama sembilan tahun. Setiap dua atau tiga tahun sekali, responden dipantau apakah terkena gejala penyakit-penyakit tersebut. Studi menemukan, peminum kopi ataupun bukan, sama-sama cenderung mengalami satu dari penyakit itu.

Namun, hal ini tidak berarti kopi bisa mencegah diabetes tipe 2. Penelitian ini hanya menunjukkan, zat kimia tertentu pada kopi berdampak positif pada metabolisme. "Bukti keseluruhan pada kopi dan kesehatan menunjukkan tidak ada alasan medis untuk mengurangi konsumsi kopi gara-gara penyakit tertentu," ujar profesor di National University of Singapore Rob van Damn. (REUTERS/*/X-5)